Karmila
Karmila
Sebuah novel sastra Indonesia yang ditulis oleh Marga T.
Merupakan novel yang mencakup Karmila
I dan Karmila II yang pernah dimuat sebagai cerita bersambung dalam
harian Kompas.
***
Zalna pinjem novel sastra diskeolahnya untuk memenuhi
tugasnya. Jadi ikutan baca deh novelnya.
Ceritanya mengenai seorang perempuan bernama Karmila yang
telah bertunangan dan sudah merancang semua impian hidupnya bersama laki-laki
yang ia cintai. Namun, terjadi hal yang tidak diinginkan. Di suatu pesta ia
bertemu seorang laki-laki lain yang akhirnya membuat impian hidup ia hancur
berantakan. Seiring waktu berlalu, ia mulai bisa menerima hidupnya yang baru.
Ia mulai menjalani perannya sebagai ibu dan istri. Dalam menjalani perannya
yang baru itu banyak ujian-ujian yang ia lewati. Hingga akhirnya ia dapat
menemukan kebahagiaannya sendiri.
Sedih. Ceritanya kebanyakan sedih. Sedih melihat suami
Karmila (Feisal) yang tetap mencintai Karmila meskipun awalnya Kamila sangat
membenci Feisal. Feisal merupakan ‘laki-laki lain’ yang bertemu dengan Karmila
di sebuah pesta dan yang menjadi suami Karmila pada akhirnya. Perjuangan Feisal
dalam bertanggung jawab atas kesalahannya terhadap Karmila, rasa cinta yang
begitu besar yang dimiliki oleh Faisal untuk Karmila. Yang akhirnya meluluhkan
hati Karmila.
Menurut aku novel ini merupakan novel sastra lama yang tidak
membosankan, hahaha.
Hal. 124
“Apakah Feisal mencintai anak
itu?”. “Karmila, maksudmu? Entahlah. Feisal tidak pernah mengatakan apa-apa.”
Bibi Karmila
memberengut.
“Aku heran, mengapa engkau selalu menganggap cinta itu
sesuatu yang harus selalu dikatakan? Bukankah cinta itu dapat juga dilihat dan
dirasakan dalam tindakan dan perbuatan? Alia, kalau aku jadi engkau akan
kutanyai Karmila sejelas-jelasnya, supaya dia tidak menyesal dengan putusan
yang diambilnya. Sudah jelas sekali, seperti petir di malam hari, seperti
matahari pukul dua belas siang, bahwa Feisal mencintai anakmu! Aku tidak
ragu-ragu lagi. Aku tidak mungkin salah. Aku pertaruhkan leherku ini, bila
dugaan ku keliru.”
Hal. 134
Karmila
merasa sebuah tangan jatuh di atas bahunya. “Bayangan itu mengahntui aku
terus-menerus. Setiap malam aku terbangun dan mendapatkan engkau tidak ada. Aku
amat tersiksa, Mila. Aku tidak dapat lagi bertahan. Akhirnya, aku mencoba
membuat gambarmu. Aku takkan mungkin
melupakanmu sebab aku sudah terlalu lama mencintaimu dengan sangat. Dengan
melalui banyak penderitaan aku telah belajar mencintaimu. Jangan pergi. Aku
takkan membiarkan engkau pergi, bila kau mempunyai kekuasaan. Kasihanilah kami
berdua, anakmu dan aku. Meskipun engkau belum mencintai kami sekarang,
tinggallah. Engkau dapat belajar
mencintai kami dalam setahun. Dua tahun. Tiga tahun. Sepuluh tahun. Bahkan
selama-lamanya. Engkau dapat belajar mencintai kami seumur hidupmu, dan kami
berdua –Fani dan aku- akan menanti dengan sabar sampai suatu saat engkau akan
datang dan bilang engkau mencintai kami. Tinggallah, Mila.”
Karmila
berbalik dan memandang Feisal. Matanya yang sejak tadi merah bengkak, kini
basah lagi. Feisal memeluknya tiba-tiba. Karmila menangis.
“Engkau…
kalian tidak usah menunggu. Sekarang pun aku datang dengan cinta itu.”
Hal. 275
Oh, betapa
ingin aku bahwa dia mencintaiku. Tidak usah sebesar cintanya pada anak-anak.
Asal dia cinta sedikit saja.
Hal. 343
Pengertian
itu jauh lebih manis dari cinta. Sebab cinta itu disertai cemburu,
kadang-kadang malah beracun.
Hal. 378
Perempuan
adalah makhluk aneh. Dia dapat berlaku sedewasa-dewasanya tapi karena rumor
yang tidak tentu asalnya, dia dapat menumpahkan air mata berember-ember.
Comments
Post a Comment