Catching Fire

 

 

 

















 

hal. 284

Aku memandang CInna, mengangkat alis minta penjelasan. Dia cuma menggelengkan kepalanya sedikit sama bingungnya, dengan aku. Kenapa mereka menundanya?

Mendadak pintu di belakangnya menjeblak terbuka dan tiga penjaga perdamaian menghambur masuk ke ruangaan. Dua orang memiting lengan Cinna ke belakang dan memborgolnya sementara orang ketiga menghajar pelipisnya dengan sangat keras sehingga dia jatuh berlutut. Tapi mereka terus memukulinya dengan tangan berbungkus sarung tangan logam, luka berdarah tampak di wajah dan tubuhnya. Aku menjerit keras, memukul-mukul kaca yang bergeming, berusaha mendekati Cinna. Para penjaga perdamaian itu tidak memedulikanku sama sekali ketika mereka menyeret tubuh Cinna yang sudah kepayahan keluar dari ruangan. yang tersisa darinya adalah noda darah di lantai.

Aku merasa mual dan takut, ketika piringku mulai bergerak naik. Aku masih bersandar di kaca ketika angin menerpa rambutku dan aku memaksa tubuhku berdiri tegak. Juga tepat pada waktunya, karena kaca menghilang dan aku berdiri bebas di arena. Ada yang salah dengan pandanganku. Tanah tempatku berdiri terlalu terang dan berkilau dan berombak-ombak. aku menyipitkan mata memandang kakiku dan melihat piringan logamku dikelilingi gelombang biru yang naik sampai sepatu bot ku. Perlahan-lahan aku mengangkat mataku dan melihat air tersebar ke segala penjuru.

Hanya satu hal yang terpikir dalam benakku.
Ini bukan tempat buat gadis terbakar.

Comments

Popular posts from this blog

Aku, Dia, Kamu