Kembali Normal
Tertanggal 27 Juli 2015.
Hari ini warga Jakarta kembali
disibukkan dengan aktifitasnya masing-masing. Anak sekolah mulai kembali
bersekolah setelah libur kenaikan kelas dan libur lebaran yang hampir satu
bulan lamanya. Para pegawai negeri dan swasta pun sudah mulai kembali bekerja.
Pembantu-pembantu ibu rumah tangga yang pulang mudik, sudah kembali lagi
bekerja mengurus rumah.
Aktifitas kembali berjalan
normal. Jakarta kembali ramai setelah sempat ditinggal oleh para penghuninya
yang berlebaran di kota kelahirannya.
Sedangkan aku, masih mendapat
‘jatah’ libur ku sebelum kuliah dimulai pertengahan agustus nanti.
Pagi ini aku melihat banyak
sekali anak sekolah yangg kembali mengenakan seragam mereka, manggendong tas
sekolahnya dan berangkat ke sekolah.
Sebesit rasa iri menghampiri
hati ini.
Aku kangen sekolah. Rindu.
Kangen sekolah? Haha. Rasa yang
tidak pernah aku pikirkan untuk merindukan kegiatan-kegiatan belajar si SMAN 46
Jakarta.
Kenapa? Karena yang aku ingat,
aku menganggap SMA hanyalah satu masa yang mau tidak mau harus aku lewati.
Masih teringat jelas di otak ku,
saat masa-masa aku beradaptasi di sekolah sma. Saat mimpi buruk terus
menghantui malam ku di setiap malam senin. Saat aku menangis ingin berhenti
untuk bersekolah di sma ini.
Semuanya butuh waktu.
Seiring waktu berjalan, SMA
memiliki kenangan indahnya tersendiri. Banyak sekali hal yang tidak ku temukan
di sekolah ku yang sebelumnya.
Aku memang bukan pelaku utama di ‘panggung’ SMA ku ini. Mungkin peranku lebih banyak menjadi ‘penonton’. Tapi aku senang, senang mendapat kesempatan untuk bertemu dengan berbagai macam peran di panggung ini.
Melihat ke-solidaritas anak SMA
negeri kadang membuat hati ini kagum. Meski kadang solid dalam hal yang kurang
baik ? hehee.
Berjalan di koridor sekolah
memiliki kesannya tersendiri. Pulang sekolah bersama teman yang searah,
mengejar bus yang akan dinaiki bersama sambil tertawa-tawa. Mendengar
gossip-gossip kelas lain. Bermain di jam kosong –saat tidak ada guru-. Jajan ke
kantin saat jam pelajaran. Remedial pelajaran matematika berkali-kali. Kena
marah guru killer (padahal yg salah temen lain). Pagi-pagi udah ditegur sama
guru kesiswaan karena ngga lepas jaket. Perasaan pengen bandel tapi takut kalo
kena marah. Pernah hampir kena ikut-ikutan berantem sama adek kelas (untung
langsung kabur). Ngumpet dari guru piket untuk menghindar dari kegiatan jumat
‘keputrian’ yang diadakan dua minggu sekali. Dan kenangan-kenangan lainnya.
Berbagai macam perasaan
menghiasi masa-masa di SMA.
Saat aku sudah mulai nyaman
dengan itu semua, kenyataan mengatakan aku harus beranjak pergi.
‘Satu masa telah terlewati.. benci dan rindu
merasuk di kalbu’
Sedih dan senangnya masa-masa
SMA kini hanyalah kenangan. Menyimpannya baik-baik disalah satu ruang di hati.
Eaa.
Terima kasih untuk warna-warni
yang telah diberikan selama tiga tahun ini. Memang mungkin, kisah SMA ku tidak
seindah yang ditayangkan di sinetron-sinetron Indonesia. Tapi aku bersyukur
mendapat banyak teman, pengalaman, dan kisah-kisah indah selama tiga tahun
terakhir.
Lots of love,
Auddyne.
Comments
Post a Comment