Si Pendengar ku
Sudah lama sekali, semenjak terakhir kali aku bisa berkomunikasi denganmu secara bebas.
Bagaimana aku bisa dengan bebasnya menceritakan semua perasaanku dan cerita hari-hariku ke kamu, tanpa takut mengganggu. Kamu yang senantiasa selalu mendengarkan ketika aku bercerita, tertawa jika cerita itu lucu, menenangkanku ketika cerita itu berupa keluh-kesahku. Aku heran, kamu tidak pernah bosan dengan ceritaku ya?.
Kamu ingat ketika aku menangis tersedu-sedu saat pulang dari kosan teman kita? Kamu setia untuk menenangkanku dengan kalimat-kalimat positifmu, bahkan pagi itu aku yang belum sarapan kamu buatkan pop-mie untukku, dan kamu ikut juga makan bersamaku (padahal kamu tidak suka mie instan). Lalu, sebelumnnya lagi ketika aku menangis di kampus karena masalah sepele, kamu juga langsung menemaniku. Kamu diam, tapi memberikanku ketenangan saat itu. Dan beberapa momen tangisan lainnya. Ternyata, sudah cukup sering ya aku menangis di depan kamu?. Kamu yang lebih rasional dibanding aku yang terlalu memakai perasaan.
Di saat-saat beratku seperti ini, ingin sekali aku bercerita sampai menangis ditemani kamu lagi. Ingin sekali aku bisa bercerita tentang kondisiku yang rasanya berat sekali ku tanggung, dan tidak ada yang bisa mengerti seberapa berat ini, tapi aku ingin berceritanya ke kamu. Aku ingin ditenangkannya olehmu lagi.
Sampai suatu ketika, kemarin malam kamu mengirimi ku DM di instagram.
Tentang,
Bagaimana aku bisa dengan bebasnya menceritakan semua perasaanku dan cerita hari-hariku ke kamu, tanpa takut mengganggu. Kamu yang senantiasa selalu mendengarkan ketika aku bercerita, tertawa jika cerita itu lucu, menenangkanku ketika cerita itu berupa keluh-kesahku. Aku heran, kamu tidak pernah bosan dengan ceritaku ya?.
Kamu ingat ketika aku menangis tersedu-sedu saat pulang dari kosan teman kita? Kamu setia untuk menenangkanku dengan kalimat-kalimat positifmu, bahkan pagi itu aku yang belum sarapan kamu buatkan pop-mie untukku, dan kamu ikut juga makan bersamaku (padahal kamu tidak suka mie instan). Lalu, sebelumnnya lagi ketika aku menangis di kampus karena masalah sepele, kamu juga langsung menemaniku. Kamu diam, tapi memberikanku ketenangan saat itu. Dan beberapa momen tangisan lainnya. Ternyata, sudah cukup sering ya aku menangis di depan kamu?. Kamu yang lebih rasional dibanding aku yang terlalu memakai perasaan.
Di saat-saat beratku seperti ini, ingin sekali aku bercerita sampai menangis ditemani kamu lagi. Ingin sekali aku bisa bercerita tentang kondisiku yang rasanya berat sekali ku tanggung, dan tidak ada yang bisa mengerti seberapa berat ini, tapi aku ingin berceritanya ke kamu. Aku ingin ditenangkannya olehmu lagi.
Sampai suatu ketika, kemarin malam kamu mengirimi ku DM di instagram.
Tentang,
Bahwa semua dari kita punya waktu nya sendiri-sendiri. Mungkin saat ini belum, tapi nanti akan. Bahwa aku akan baik-baik saja. Bahwa ini hanyalah masalah waktu. Jadilah yang terbaik menurut versiku sendiri.
Ketika aku baca, aku langsung menangis (lagi?).
Kamu masih peduli dan menyemangatiku.
Betapa bersyukurnya diriku.
Rindu sekali,
Semoga kita segera bisa ketemu lagi ya. Bercerita lagi.
Dan pada saat itu, aku sudah dalam kondisi lebih baik dari sekarang.
Aamiin.
- odin
Comments
Post a Comment